- 190116
Hujan lagi. Hanya saja ini sudah di kampung, bukan di Padang
lagi. Karena sudah selesai ujian sabtu lalu, langsung berangkat pulang sabtu
malamnya. Jika biasanya aku mendengarkan musik-musik instrument dengan segelas teh
hangat, maka beda jika sedang si kampung. Medengarkan radio yang memutarkan
lagu-lagu daerah sambil menatap keluar melalui jendela rasanya sama nikmat. Meski
karena listrik padam menjadika beberapa aktivitas terhambat, bukan berarti langsung
pergi ke kamar, membuat kepompong selimut, lalu tidur sampai maghrib. Udara
dingin memang menggoda mata uintuk segera ditutup. Tapi melihat rintikan hujan
dan juga genangan-genangan yang di tinggalkan, dapat melawan rasa kantukku dengan
tetap betah duduk, karena setelah makan siang tadi langsung makan dua buah
durian. Sebenarnya ada tiga, cuma karena gak muat lagi jadi hanya habis dua
buah. “Tiga buah durian hanya untukmu seorang” memang kedengaran lebay, meski
faktanya seperti itu.
Akhirnya hujan reda, meski udara dingin menghalangi untuk
keluar rumah. Hujan kedua setelah tiga hari disini. Hujan yang sama seperti di
Padang, meski tempatnya berbeda.
Selalu ada kenangan di setiap genangan. Semakin sedikit
genangan yang dibentuk, semakin cepat dia hilang ditelan bumi. Sama seperti genangan,
jika hanya sedikit kenangan yang terbentuk bersama seseorang, maka semakin cepat
terlupakan.
Sudah berapa banyak kenangan yang sudah kamu lupakan, kawan?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar